pada saat pengerjaan jembatan terpanjang suramadu hampir tuntas pimpinan proyek Mr.Chen ingin mengecek progres pekerjaan proyek jembatan suramadu. Mr.Chen yang berkantor di Jakarta mengajak supir pribadinya pak Daim yang masih berusia 28 tahun ke surabaya dengan menggunakan kereta Argo. setelah memesan tiket kedua orang antara majikan dan sang sopir ini menaiki kereta argo. Duduklah mereka pada kursi sesuai dengan nomer pada tiket. Tidak lama mereka duduk kemudian datang gadis cantik bersama dengan nenek tua. singkat cerita mereka berkenalan dan di sepanjang perjalan mereka berbincang-bincang akrab seperti sudah kenal lama. Pada suatu ketika kereta memasuki terowongan ijo yang ada di sekitar purwokerto. Tiba-tiba pada saat kereta di dalam terowongan, lampu mendadak padam, dan terdengar suara orang berciuman juga suara tamparan disekitar Mr Chen duduk.
Ada pikiran berkecamuk diantara mereka berempat. Yang pertama sigadis berguman dalam hati." Aduh. Aku dicium, untung nenekku langsung menampar pelakunya". Yang kedua si nenek berguman dalam hatinya." kurang ajar cucuku dicium orang untuk dia langsung menampar pelakukan." Yang ketiga si pimpro mr Chen." Sialan, aku nggak berbuat apa-apa kok ditampar...."i sambil menahan sakit pada pipi sebelah kanan yang nampak merah.
nah siapakah yang mencium gadis cantik itu dan menampar Mr.Chen sudah pasti dia adalah orang yang oportunis.
Selasa, 30 Juni 2009
Pentingnya PTK untuk Profesionalisme GURU
BAB I
Pendahuluan
Tindakan mengambil kesimpulan yang berdasarkan dari hasil evaluasi pekerjaan sebelumya merupakan suatu penelitian dan setiap orang pasti pernah melakukan hal tersebut apalagi bagi yang menginginkan hasil kerja yang baik dengan tindakan yang efektif dan efesien namun karena tidak dilakukan pencatatan data dengan seksama hal ini seperti bukan tindakan penelitian. Perbuatan seperti ini dengan maksud untuk memberikan solusi setelah ditemukan permasalahan atau mencoba menerapkan metode mengajar dengan hal yang baru sering dilakukan oleh para pendidik, namun kegiatan ini tidak semua guru membuat catatan dengan baik, sebagian guru hanya melakukan aksi tindakan penelitian yang tidak terencana atau tidak tercatat. Belakangan ini tuntutan untuk meningkatkan profesional guru semakin kencang dan kriteria guru profesional pun beragam untuk menjawab hal itu pemerintah melakukan sertifikasi profesional guru dalam jabatan melalui lembaga penyelenggara sertifikasi guru dengan portofolio. Lalu apakah dengan melakukan pengecekan portofolio dapat meningkatkan porfesionalisme guru? Sulit untuk menjawab ya. Karena proses tersebut hanya memeriksa data sertifikat, ijasah dari hasil pelatihan. Sedangkan profesionalisme itu akan nampak dalam pengetahuan, sikap, tindakan dan hasil kerja bukan dari sertifikat atau pun ijasah pelatihan. Selain itu menurut Sudijarto (1993:99) guru profesional harus memiliki ciri sebagai berikut:
Memahami peserta didik dengan latar belakangnya dan kemampuan.
Menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar, sebagai realms of meaning dan ways of knowing.
menguasai bahan belajar
Memiliki wawasan kependidikan yang mendalam
Menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan
Berkepribadian dan berjiwa pancasila.
Jika dibandingkan dengan guru biasa sudah tentu guru profesional memiliki nilai tambah yang lebih. Pada point 5 Sudijarto menekankan perlunya guru menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan hal ini yang mungkin indikator terkuat untuk membedakan guru yang profesional dengan guru biasa.
Ini berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang memerlukan rekayasa baru dan menerapan teknologi dan metoda tepat guna agar hasil belajar siswa yang diajar guru tersebut dapat terus meningkat. Seberapakah penting Penelitian Tindakan Kelas?. Selain untuk membedakan mana guru profesional dan guru biasa PTK juga dapat menjadikan kegiatan belajar lebih bermutu karena mengalami improvisasi yang berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan kelas.
Namun berapa banyak guru yang melakukan PTK dan berapa sering guru yang telah melakukan PTK melakukan terus menerus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan terlihat dari hasil belajar dan prestasi siswa.
Merupakan yang dilakukan oleh guru
BAB II
A. Pengertian Penelitian tindakan kelas
Akhir-akhir ini penelitian Tindakan Kelas atau yang dikenal dengan PTK semakin menjadi keperluan dan keharusan untuk dilakukan oleh para guru profesional sebagai upaya untuk memecahkan masalah dan meningkatkan mutu di bidang masing-masing. PTK dilakukan diawali dengan suatu kajian problema secara sistematis. Hasil kajian itu kemudian dijadikan acuan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan dari rencana yang telah disusun, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada suatu tahapan pelaksanaan. Hasill dari refleksi tadi dilakukan suatu upaya perbaikan dan perencanaan untuk tindakan berikutnya.
PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap tindakan yang dilakukan guru diawali dari perencanaan hingga penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa alasan PTK dapat dilakukan oleh semua guru, antara lain adalah: PTK dilakukan di kelas dan bersamaan dengan jam kerja guru bersangkutan serta pelaksanaannya tidak menganggu tugas pokok guru. Dan guru tidak harus meninggalkan kelas.
Jenis dan model PTK
Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian jenis lain misalnya Penelitian naturalistik, penelitian eksperimen, survei, analisis isi dan lainnya. PTK dapat dikatagorikan Penelitian kualitatif dan eksperimen, karena dalam pada saat dianalisis digunakan pendekatan kualitatif tanpa harus menggunakan perhitungan statistik. Dapat dikatakan sebagai penelitian eksperimen karena PTK selalu diawali dengan perencanaan adanya perlakuan terhadap Subjek penelitian dan ada evaluasi setelah ada perlakuan. Menurut Richard Winter ada enam karakteristik PTK yaitu (a) Kritik reflektif, (b) Kritik dialektis, (c) Kolaboratif, (d) resiko, (e) Susunan jamak dan (f) internalisasi teori dan praktik (winter (1996), secara singkat dijelaskan
Kritik Reflektif
Langkah penelitian Tindakan Kelas pada umumnya adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar belakang kegiatan suatu aksi. Atau suatu upaya evaluasi atau penilaian sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terdapat perubahan-perubahan
Kritik dialetis
Dengan kritik dialektis diharapkan peneliti bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya, selanjutnya melakukkan pemeriksaan terhadap (a) Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit (b) Struktur kontradiksi internal maksudnya kecenderungan mengalami perubahan pada unit yang jelas dan terlihat stabil.
Kolaboratif
Diperlukan kerja sama antar teman sejawat, atasan dan pihak lain yang semuanya diharapkan menjadi sumber data. Kolaborator bukan sebagai menentu terhadap pelaksanaan penelitian namun dapat dikatakan kolaborator sebagai pembantu peneliti dalam PTK
Resiko
Dituntut peneliti berani mengambil resiko terutama dalam waktu proses penelitian, Resiko yang mungkin antaranya (a) meleset hipotesis, (b) ada tuntutan untuk melakukan transformasi, peneliti harus siap mengalami perubahan pandangan akibat dari hasil penelitian
Susunan jamak
Susunan jamak berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya berifat komprehensif.
Internalisasi teori dan Praktik
Bahwa antara teori dan praktik merupakan dunia yang sama akan tetapi teori dan praktik memerlukan tahapan yang berbeda dan saling ketergantungan.
Jenis PTK
Ada empat jenis PTK menurut (Chein,1990) yaitu, (a) PTK diagnostik, (b) PTK partisipan, (c) PTK empiris (d) PTK eksperimen. Dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. PTK Diagnostik
PTK Jenis ini penelitiannya dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan.Dalam hal ini peneliti mendiagnosis situasi yang menjadi latar belakang penelitian. Sebagai contoh peneliti yang ingin menangani perselisihan siswa dikelas.
2. PTK Partisipan
Penelitian ini si peneliti dituntut terlibat secara terus menerus dari awal perencanaan pengumpulan data, menganalisis data hingga pembuatan laporan
3. PTK Empiris
Penelitian ini si peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan dan memcatat apa saja yang dilakukan dan yang terjadi selama proses berlangsung. Pada intinya merupakan catatan dan kumpulan data pengalaman peneliti dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimen
Penelitian ini si peneliti menyiapka suatu strategi baru agar nanti dapt ditentukan strategi mana yang paling efektif dan efesien dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Banyak model PTK yang ada pada dunia pendidikan pada dasarnya PTK terdiri dari 4 langkah, yaitu (a) Perencanaan / planning, (b) Pelaksanaan/acting (c) Pengamatan/observing (d) refleksi/reflecting. Kesemuanya itu harus diawali dengan pra PTK yang meliputi:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Rumusan masalah
4. Rumusan hipotesis tindakan
Tanpa diawali Pra PTK itu maka PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapar digunakan oleh peneliti guna menuntun pelaksanaan tahapan PTK. Yaitu
1. Apa yang diperhatikan dalam proses pembelajaran?
2. Mengapa hal itu terjadi apa penyebabnya?
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya?
4. Bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk mencari fakta apa yang terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti tersebut?
Tahapan PTK ini sebagai upaya reflektif guru terhadap masalah yang ada di kelas. Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
Langkah dalam menyusun proposal PTK
1. Judul penelitian
2. Isi proposal
a. Pendahuluan
b. Perumusan masalah
c. Kajian pustaka
d. Tujuan penelitian tindakan
e. Kontribusi peneliti
f. Metode penelitian
g. Personalia penelitian
h. Rencana pembiayaan penelitian
i. Jadwal kerja
j. Lampiran
3. Kepada siapa hasil PTK dilaporkan
Pada dasarnya PTK bersifat individual yang kesemua hasil penelitian bermuara kepada guru yang bersangkutan namun tidak menutup kemungkinan dapat dijadikan sebuah karya tulis llmiah yang memang jarang dilakukan oleh para guru.
B. Guru Profesional
Guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Selain itu menurut Sudijarto (1993:99) guru profesional harus memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memahami peserta didik dengan latar belakangnya dan kemampuan.
2. Menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar, sebagai realms of meaning dan ways of knowing.
3. menguasai bahan belajar
4. Memiliki wawasan kependidikan yang mendalam
5. Menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan
6. Berkepribadian dan berjiwa pancasila.
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
1. Kemampuan menguasai bahan ajar
2. Kemampuan dalam mengelola kelas
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
Guru yang mengedepankan manajemen mutu yang selalu melakukan perbaikan dalam melakukan pengajaran di kelas dengan harapan di dapatkan hasil yang maksimal dan prestasi peserta didiknya dapat bersaing merupakan salah satu dari kerja guru profesional. Untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi yang efektif dan efesien memerlukan kajian dan dan pengamatan yang semua itu dapat direalisasikan dengan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
1. Guru yang mengedepankan tuntutan manajemen mutu dan melakukan perbaikan terus-menerus merupakan typical guru profesional selain dari memiliki kompetensi paedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
2. Penerapan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien memerlukan kajian dan telaah yang seksama dan itu dapat dilakukan dengan PTK.
3. Pada mulanya PTk akan dirasa sulit dan memerlukan komitmen serta kesabaran. Kemampuan melaksanakan PTK dengan baik hanya dapat dicapai dengan pembiasaan. Untuk itu disarankan bagi guru segera memulai melaksanakan PTK di kelasnya baik secara individual maupun kolaborasi dengan ajeg maka guru akan dapat mempertahankan kredibilitasnya sebagai guru profesional dan ilmuwan bukan hanya sekedar praktisi namun juga sebagai peneliti sekaligus penulis.
Daftar Pustaka.
Chein,Isodor,Stuart W.Cook & John Harding,1990, “The Field of Action Research” The Action Research Reader, 3rd Geelong Victoria: Deakin University.
Wibawa Basuki, 2003.”Penelitian Tindakan Kelas” Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dirjen Mutu Pendidikan Jakarta
Winter Richart, 1996 “Some Principles and Procedures for the Conduct of Action Research.” New Directions in Action Research. Ortur Zuber Skerit Washington DC: The Palmer Press
NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2
Pendahuluan
Tindakan mengambil kesimpulan yang berdasarkan dari hasil evaluasi pekerjaan sebelumya merupakan suatu penelitian dan setiap orang pasti pernah melakukan hal tersebut apalagi bagi yang menginginkan hasil kerja yang baik dengan tindakan yang efektif dan efesien namun karena tidak dilakukan pencatatan data dengan seksama hal ini seperti bukan tindakan penelitian. Perbuatan seperti ini dengan maksud untuk memberikan solusi setelah ditemukan permasalahan atau mencoba menerapkan metode mengajar dengan hal yang baru sering dilakukan oleh para pendidik, namun kegiatan ini tidak semua guru membuat catatan dengan baik, sebagian guru hanya melakukan aksi tindakan penelitian yang tidak terencana atau tidak tercatat. Belakangan ini tuntutan untuk meningkatkan profesional guru semakin kencang dan kriteria guru profesional pun beragam untuk menjawab hal itu pemerintah melakukan sertifikasi profesional guru dalam jabatan melalui lembaga penyelenggara sertifikasi guru dengan portofolio. Lalu apakah dengan melakukan pengecekan portofolio dapat meningkatkan porfesionalisme guru? Sulit untuk menjawab ya. Karena proses tersebut hanya memeriksa data sertifikat, ijasah dari hasil pelatihan. Sedangkan profesionalisme itu akan nampak dalam pengetahuan, sikap, tindakan dan hasil kerja bukan dari sertifikat atau pun ijasah pelatihan. Selain itu menurut Sudijarto (1993:99) guru profesional harus memiliki ciri sebagai berikut:
Memahami peserta didik dengan latar belakangnya dan kemampuan.
Menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar, sebagai realms of meaning dan ways of knowing.
menguasai bahan belajar
Memiliki wawasan kependidikan yang mendalam
Menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan
Berkepribadian dan berjiwa pancasila.
Jika dibandingkan dengan guru biasa sudah tentu guru profesional memiliki nilai tambah yang lebih. Pada point 5 Sudijarto menekankan perlunya guru menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan hal ini yang mungkin indikator terkuat untuk membedakan guru yang profesional dengan guru biasa.
Ini berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang memerlukan rekayasa baru dan menerapan teknologi dan metoda tepat guna agar hasil belajar siswa yang diajar guru tersebut dapat terus meningkat. Seberapakah penting Penelitian Tindakan Kelas?. Selain untuk membedakan mana guru profesional dan guru biasa PTK juga dapat menjadikan kegiatan belajar lebih bermutu karena mengalami improvisasi yang berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan kelas.
Namun berapa banyak guru yang melakukan PTK dan berapa sering guru yang telah melakukan PTK melakukan terus menerus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan terlihat dari hasil belajar dan prestasi siswa.
Merupakan yang dilakukan oleh guru
BAB II
A. Pengertian Penelitian tindakan kelas
Akhir-akhir ini penelitian Tindakan Kelas atau yang dikenal dengan PTK semakin menjadi keperluan dan keharusan untuk dilakukan oleh para guru profesional sebagai upaya untuk memecahkan masalah dan meningkatkan mutu di bidang masing-masing. PTK dilakukan diawali dengan suatu kajian problema secara sistematis. Hasil kajian itu kemudian dijadikan acuan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan dari rencana yang telah disusun, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada suatu tahapan pelaksanaan. Hasill dari refleksi tadi dilakukan suatu upaya perbaikan dan perencanaan untuk tindakan berikutnya.
PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap tindakan yang dilakukan guru diawali dari perencanaan hingga penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa alasan PTK dapat dilakukan oleh semua guru, antara lain adalah: PTK dilakukan di kelas dan bersamaan dengan jam kerja guru bersangkutan serta pelaksanaannya tidak menganggu tugas pokok guru. Dan guru tidak harus meninggalkan kelas.
Jenis dan model PTK
Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian jenis lain misalnya Penelitian naturalistik, penelitian eksperimen, survei, analisis isi dan lainnya. PTK dapat dikatagorikan Penelitian kualitatif dan eksperimen, karena dalam pada saat dianalisis digunakan pendekatan kualitatif tanpa harus menggunakan perhitungan statistik. Dapat dikatakan sebagai penelitian eksperimen karena PTK selalu diawali dengan perencanaan adanya perlakuan terhadap Subjek penelitian dan ada evaluasi setelah ada perlakuan. Menurut Richard Winter ada enam karakteristik PTK yaitu (a) Kritik reflektif, (b) Kritik dialektis, (c) Kolaboratif, (d) resiko, (e) Susunan jamak dan (f) internalisasi teori dan praktik (winter (1996), secara singkat dijelaskan
Kritik Reflektif
Langkah penelitian Tindakan Kelas pada umumnya adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar belakang kegiatan suatu aksi. Atau suatu upaya evaluasi atau penilaian sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terdapat perubahan-perubahan
Kritik dialetis
Dengan kritik dialektis diharapkan peneliti bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya, selanjutnya melakukkan pemeriksaan terhadap (a) Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit (b) Struktur kontradiksi internal maksudnya kecenderungan mengalami perubahan pada unit yang jelas dan terlihat stabil.
Kolaboratif
Diperlukan kerja sama antar teman sejawat, atasan dan pihak lain yang semuanya diharapkan menjadi sumber data. Kolaborator bukan sebagai menentu terhadap pelaksanaan penelitian namun dapat dikatakan kolaborator sebagai pembantu peneliti dalam PTK
Resiko
Dituntut peneliti berani mengambil resiko terutama dalam waktu proses penelitian, Resiko yang mungkin antaranya (a) meleset hipotesis, (b) ada tuntutan untuk melakukan transformasi, peneliti harus siap mengalami perubahan pandangan akibat dari hasil penelitian
Susunan jamak
Susunan jamak berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya berifat komprehensif.
Internalisasi teori dan Praktik
Bahwa antara teori dan praktik merupakan dunia yang sama akan tetapi teori dan praktik memerlukan tahapan yang berbeda dan saling ketergantungan.
Jenis PTK
Ada empat jenis PTK menurut (Chein,1990) yaitu, (a) PTK diagnostik, (b) PTK partisipan, (c) PTK empiris (d) PTK eksperimen. Dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. PTK Diagnostik
PTK Jenis ini penelitiannya dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan.Dalam hal ini peneliti mendiagnosis situasi yang menjadi latar belakang penelitian. Sebagai contoh peneliti yang ingin menangani perselisihan siswa dikelas.
2. PTK Partisipan
Penelitian ini si peneliti dituntut terlibat secara terus menerus dari awal perencanaan pengumpulan data, menganalisis data hingga pembuatan laporan
3. PTK Empiris
Penelitian ini si peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan dan memcatat apa saja yang dilakukan dan yang terjadi selama proses berlangsung. Pada intinya merupakan catatan dan kumpulan data pengalaman peneliti dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimen
Penelitian ini si peneliti menyiapka suatu strategi baru agar nanti dapt ditentukan strategi mana yang paling efektif dan efesien dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Banyak model PTK yang ada pada dunia pendidikan pada dasarnya PTK terdiri dari 4 langkah, yaitu (a) Perencanaan / planning, (b) Pelaksanaan/acting (c) Pengamatan/observing (d) refleksi/reflecting. Kesemuanya itu harus diawali dengan pra PTK yang meliputi:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Rumusan masalah
4. Rumusan hipotesis tindakan
Tanpa diawali Pra PTK itu maka PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapar digunakan oleh peneliti guna menuntun pelaksanaan tahapan PTK. Yaitu
1. Apa yang diperhatikan dalam proses pembelajaran?
2. Mengapa hal itu terjadi apa penyebabnya?
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya?
4. Bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk mencari fakta apa yang terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti tersebut?
Tahapan PTK ini sebagai upaya reflektif guru terhadap masalah yang ada di kelas. Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
Langkah dalam menyusun proposal PTK
1. Judul penelitian
2. Isi proposal
a. Pendahuluan
b. Perumusan masalah
c. Kajian pustaka
d. Tujuan penelitian tindakan
e. Kontribusi peneliti
f. Metode penelitian
g. Personalia penelitian
h. Rencana pembiayaan penelitian
i. Jadwal kerja
j. Lampiran
3. Kepada siapa hasil PTK dilaporkan
Pada dasarnya PTK bersifat individual yang kesemua hasil penelitian bermuara kepada guru yang bersangkutan namun tidak menutup kemungkinan dapat dijadikan sebuah karya tulis llmiah yang memang jarang dilakukan oleh para guru.
B. Guru Profesional
Guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Selain itu menurut Sudijarto (1993:99) guru profesional harus memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memahami peserta didik dengan latar belakangnya dan kemampuan.
2. Menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar, sebagai realms of meaning dan ways of knowing.
3. menguasai bahan belajar
4. Memiliki wawasan kependidikan yang mendalam
5. Menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan
6. Berkepribadian dan berjiwa pancasila.
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
1. Kemampuan menguasai bahan ajar
2. Kemampuan dalam mengelola kelas
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
Guru yang mengedepankan manajemen mutu yang selalu melakukan perbaikan dalam melakukan pengajaran di kelas dengan harapan di dapatkan hasil yang maksimal dan prestasi peserta didiknya dapat bersaing merupakan salah satu dari kerja guru profesional. Untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi yang efektif dan efesien memerlukan kajian dan dan pengamatan yang semua itu dapat direalisasikan dengan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
1. Guru yang mengedepankan tuntutan manajemen mutu dan melakukan perbaikan terus-menerus merupakan typical guru profesional selain dari memiliki kompetensi paedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
2. Penerapan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien memerlukan kajian dan telaah yang seksama dan itu dapat dilakukan dengan PTK.
3. Pada mulanya PTk akan dirasa sulit dan memerlukan komitmen serta kesabaran. Kemampuan melaksanakan PTK dengan baik hanya dapat dicapai dengan pembiasaan. Untuk itu disarankan bagi guru segera memulai melaksanakan PTK di kelasnya baik secara individual maupun kolaborasi dengan ajeg maka guru akan dapat mempertahankan kredibilitasnya sebagai guru profesional dan ilmuwan bukan hanya sekedar praktisi namun juga sebagai peneliti sekaligus penulis.
Daftar Pustaka.
Chein,Isodor,Stuart W.Cook & John Harding,1990, “The Field of Action Research” The Action Research Reader, 3rd Geelong Victoria: Deakin University.
Wibawa Basuki, 2003.”Penelitian Tindakan Kelas” Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dirjen Mutu Pendidikan Jakarta
Winter Richart, 1996 “Some Principles and Procedures for the Conduct of Action Research.” New Directions in Action Research. Ortur Zuber Skerit Washington DC: The Palmer Press
NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2
Rabu, 20 Mei 2009
dinding yang tidak terlihat
Kebenaran Al qur'an akan diperlihatkan oleh penciptannya
Banyak kalangan meragukan bahwa alquran adalah kalam Allah SWT. terutama bagi kaum orientalis atau yang hanya mengandalkan kemampuan akal saja untuk menyikapi aturan hidup. Namun ALLAH SWT amat mengerti bahwa manusia selalu minta bukti bahkan ada yang sudah diberi bukti bahwa ALLAH itu ada dengan mukzjizat para nabi namun sebagian umat nabi-nabi tersebut banyak yang membantah ada yang mengatakan Mukjizat itu sihir atau Alquran dan kitab-kitab ALLAH itu Kisah Dongeng orang terdahulu.
Ada salah satu bukti tentang kebenaran Alquran
yaitu:
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain autan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Pada abad ke 19 ditemukan bahwa di Selat gilblatar ada air laut yang bertemu dengan air tawar namun kedua bagian air tersebut tidak tercampur. Hal ini sudah diberitahu oleh ALLAH SWT tentang masalah laut tersebut
Banyak kalangan meragukan bahwa alquran adalah kalam Allah SWT. terutama bagi kaum orientalis atau yang hanya mengandalkan kemampuan akal saja untuk menyikapi aturan hidup. Namun ALLAH SWT amat mengerti bahwa manusia selalu minta bukti bahkan ada yang sudah diberi bukti bahwa ALLAH itu ada dengan mukzjizat para nabi namun sebagian umat nabi-nabi tersebut banyak yang membantah ada yang mengatakan Mukjizat itu sihir atau Alquran dan kitab-kitab ALLAH itu Kisah Dongeng orang terdahulu.
Ada salah satu bukti tentang kebenaran Alquran
yaitu:
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain autan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Pada abad ke 19 ditemukan bahwa di Selat gilblatar ada air laut yang bertemu dengan air tawar namun kedua bagian air tersebut tidak tercampur. Hal ini sudah diberitahu oleh ALLAH SWT tentang masalah laut tersebut
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya.
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya.
Langganan:
Postingan (Atom)